Indgold.id – Harga emas (XAU/USD) kembali menunjukkan gejolak pergerakan yang tinggi setelah sempat mencatat kenaikan moderat pada perdagangan Selasa (29/7/2025). Setelah melemah dalam empat sesi berturut-turut, logam mulia berhasil rebound mendekati level US$ 3.330 per ounce, di tengah pelemahan Dolar AS dan data ekonomi Amerika Serikat yang mengecewakan.
Pelemahan imbal hasil obligasi pemerintah AS (Treasury Yield) dan penurunan tajam pada data pasar tenaga kerja memicu minat beli kembali terhadap emas sebagai aset lindung nilai (safe haven). Namun, para analis memperingatkan bahwa tekanan bearish masih mendominasi, baik secara teknikal maupun fundamental.
Analisis Teknikal: Support Kuat, Tapi Arah Masih Tertekan
Menurut Andy Nugraha, analis dari Dupoin Futures Indonesia, struktur teknikal emas masih berada dalam tekanan. Berdasarkan formasi candlestick dan indikator Moving Average, sentimen pasar masih didominasi oleh aksi jual.
“Momentum bearish masih cukup kuat. Jika tekanan berlanjut, level psikologis di US$ 3.300 sangat mungkin kembali diuji,” kata Andy dalam keterangannya, Rabu (30/7/2025).
Meski demikian, ia menambahkan bahwa bila support di area tersebut mampu menahan penurunan, maka ada peluang terjadi rebound teknikal menuju resistance di sekitar US$ 3.344 per ounce.
Data Tenaga Kerja AS Mengecewakan, Emas Diuntungkan
Salah satu pemicu utama penguatan harga emas adalah data dari Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) untuk bulan Juni. Data yang dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa jumlah lowongan kerja turun menjadi 7,437 juta, dibandingkan 7,769 juta pada bulan sebelumnya, dan lebih rendah dari ekspektasi pasar.
Penurunan ini mengindikasikan bahwa perusahaan di AS mulai berhati-hati dalam melakukan perekrutan, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global dan kebijakan tarif.
Negosiasi Dagang AS-China Bantu Stabilkan Sentimen
Di sisi lain, kabar positif datang dari perkembangan hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China. Kedua negara sepakat untuk melanjutkan perundingan dalam dua minggu ke depan, dengan fokus mempertahankan gencatan tarif.
Langkah ini di sambut baik oleh pasar global karena berpotensi meredakan ketegangan perdagangan yang selama ini menjadi beban sentimen risiko.
Keyakinan Konsumen Naik, Tapi Pasar Tenaga Kerja Masih Kontras
Sementara itu, hasil survei Conference Board menunjukkan kenaikan pada Indeks Keyakinan Konsumen AS yang mencapai 97,2 di bulan Juli, naik dari 93,0 di bulan Juni, dan lebih tinggi dari perkiraan analis.
Namun, kenaikan ini bertolak belakang dengan realitas di lapangan. Masih banyak rumah tangga yang mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan, sehingga menciptakan ketegangan antara optimisme konsumen dan pelemahan data ketenagakerjaan. Ketidakpastian ini menambah kompleksitas arah harga emas dalam waktu dekat.
Fokus Pasar Beralih ke The Fed dan Data Ekonomi Lanjutan
Saat ini, perhatian pasar tertuju pada keputusan suku bunga Federal Reserve yang akan di umumkan Rabu malam waktu AS (Kamis pagi WIB). Berdasarkan proyeksi dari CME FedWatch Tool, sekitar 96% pelaku pasar memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga, sementara 4% sisanya memperkirakan pemotongan.
Komentar dari pejabat The Fed seperti Christopher Waller dan Michelle Bowman dalam konferensi pers pasca-pengumuman kebijakan akan sangat menentukan sentimen risiko dan arah harga emas.
Selain itu, pasar juga menanti sejumlah data penting seperti:
-
GDP Kuartal II AS
-
Nonfarm Payrolls Juli
-
Survei PMI Manufaktur ISM
-
Indeks Harga PCE Inti
Semua data ini akan menjadi komponen penting dalam menilai kesehatan ekonomi AS dan arah kebijakan moneter selanjutnya.
Indeks Dolar AS Naik, Tambahan Tekanan bagi Emas
Meskipun sentimen pasar mulai membaik, Indeks Dolar AS (DXY) justru kembali menguat ke 98,91, memberikan tekanan tambahan terhadap emas. Penguatan dolar membuat emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga permintaan global terhadap logam mulia bisa menurun.
Kesimpulan dan Strategi Trading
Dengan kondisi teknikal yang masih cenderung bearish dan ketidakpastian makroekonomi yang tinggi, rentang harga US$ 3.300 – US$ 3.344 menjadi area kunci untuk diperhatikan. Menurut Andy Nugraha, pelaku pasar di sarankan untuk tetap menerapkan manajemen risiko yang disiplin, karena pergerakan di luar rentang tersebut bisa menjadi penentu arah selanjutnya bagi emas.