Indgold.id – Harga emas global mengalami penurunan tajam pada perdagangan Rabu (30/7), dipicu oleh keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) yang mempertahankan suku bunga acuan serta tidak memberikan sinyal konkret terkait waktu pemangkasan suku bunga di masa mendatang. Situasi ini memicu kekhawatiran pasar dan menekan kinerja logam mulia secara menyeluruh.
Kebijakan The Fed Bikin Investor Wait and See
Dalam rapat kebijakan terbarunya, The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga di kisaran 4,25%–4,50%, sesuai dengan ekspektasi pasar. Namun, yang menjadi perhatian utama adalah sikap The Fed yang belum memberikan kejelasan mengenai kapan akan mulai melonggarkan kebijakan moneternya. Hal ini dinilai mengecewakan sebagian besar pelaku pasar, terutama mereka yang telah memprediksi penurunan suku bunga pertama akan dimulai pada September 2025.
Ketua The Fed, Jerome Powell, menyampaikan bahwa belum ada konsensus atau keputusan pasti mengenai penurunan suku bunga pada bulan-bulan mendatang. Ia menegaskan fokus utama The Fed tetap pada pengendalian inflasi, meskipun terdapat kekhawatiran akan potensi pelemahan di pasar tenaga kerja.
“Powell tetap berkomitmen pada target inflasi, meskipun ada risiko melemahnya sektor ketenagakerjaan,” ungkap Tai Wong, pedagang logam independen.
Dampak Langsung: Harga Emas dan Logam Mulia Merosot
Situasi ini langsung tercermin pada pergerakan harga komoditas logam mulia. Investor cenderung beralih ke aset yang lebih menguntungkan di tengah penguatan dolar AS dan imbal hasil obligasi yang tinggi. Berikut data pergerakan harga logam mulia dilansir dari Reuters, Kamis (31/7):
-
Emas spot: Turun 1,5% menjadi US$3.275,92 per troy ounce
-
Emas berjangka AS: Melemah 0,8% ke level US$3.352,80
-
Perak spot: Merosot 3,2% ke US$36,97
-
Platina: Anjlok 6,6% menjadi US$1.303,19
-
Palladium: Turun 4,9% ke US$1.196,75
Penurunan tajam ini mencerminkan hilangnya minat investor terhadap logam mulia sebagai aset lindung nilai, terutama dalam situasi suku bunga tinggi dan prospek penguatan dolar AS.
Dolar AS dan Data Ekonomi AS Tambah Tekanan
Selain keputusan The Fed, penguatan dolar AS turut memberikan tekanan tambahan pada harga emas. Sebagaimana diketahui, emas diperdagangkan dalam dolar, sehingga mata uang yang lebih kuat membuat logam mulia ini menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Faktor lain yang turut memengaruhi adalah data ketenagakerjaan sektor swasta dari ADP National Employment, yang menunjukkan bahwa payroll swasta naik lebih tinggi dari perkiraan pada Juli. Hal ini menandakan bahwa ekonomi AS masih dalam kondisi kuat, meskipun ada tanda-tanda awal perlambatan di pasar tenaga kerja.
Kondisi ini semakin mengikis daya tarik emas, yang biasanya bersinar dalam situasi ketidakpastian ekonomi atau ketika suku bunga rendah.
Sentimen Pasar dan Prospek Emas ke Depan
Para analis menilai bahwa meskipun harga emas saat ini dalam tren menurun, masih ada faktor-faktor fundamental yang mendukung dalam jangka menengah hingga panjang, seperti:
-
Ketidakpastian geopolitik global
-
Tingginya utang global
-
Tren dedolarisasi di sejumlah negara berkembang
Namun untuk saat ini, investor masih wait and see terhadap arah kebijakan The Fed dan perkembangan ekonomi AS ke depan.
“Harga bisa terkoreksi lebih dalam dalam jangka pendek. Namun, faktor fundamental emas masih tetap kuat,” kata Tai Wong lebih lanjut.
Kesimpulan
Harga emas dan logam mulia lainnya terpukul akibat keputusan The Fed yang mempertahankan suku bunga tinggi dan mengesampingkan kemungkinan pemangkasan dalam waktu dekat. Dolar yang menguat serta data ekonomi AS yang solid membuat logam mulia kehilangan daya tarik sebagai safe haven.
Dengan pasar yang terus mencerna sinyal dari bank sentral, arah pergerakan emas dalam beberapa bulan ke depan sangat tergantung pada data inflasi dan ketenagakerjaan AS, serta respons kebijakan dari The Fed.