Indgold.id – Harga emas hari ini di pasar spot terpantau stabil di US$3.397 per troy ounce, sementara kontrak emas berjangka di bursa Comex melonjak tajam hingga mencetak rekor baru di US$3.534. Lonjakan ini terjadi setelah muncul laporan bahwa Amerika Serikat (AS) akan menerapkan tarif pada impor batangan emas seberat satu kilogram.
Kabar tersebut pertama kali dilaporkan The Financial Times, mengutip surat resmi dari Bea Cukai & Perlindungan Perbatasan AS. Reuters mencatat, selisih harga antara kontrak berjangka dan harga spot melebar lebih dari US$100 selama sesi perdagangan semalam — perbedaan yang jarang terlihat di pasar emas.
Sentimen Pasar: Fokus pada Kebijakan The Fed
Meski harga berjangka melonjak, XAU/USD di pasar spot tetap bergerak mendatar di sekitar level psikologis US$3.400. Investor menilai langkah The Fed berikutnya kemungkinan adalah pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan bulan September.
Ekspektasi ini didorong oleh:
-
Data Nonfarm Payrolls (NFP) yang lemah minggu lalu, memicu kekhawatiran perlambatan pasar tenaga kerja.
-
PMI Jasa ISM yang menunjukkan kontraksi pada sub-komponen ketenagakerjaan.
Namun, tekanan inflasi masih menjadi faktor pembatas. Sub-komponen Harga Dibayar pada PMI Jasa justru naik ke level tertinggi sejak November 2022, membuat Fed tetap waspada terhadap risiko inflasi.
Data Ekonomi Penting Pekan Depan
Pekan depan menjadi momen krusial bagi arah harga emas karena pasar menunggu rilis data utama AS, di antaranya:
-
Indeks Harga Konsumen (CPI)
-
Indeks Harga Produsen (PPI)
-
Penjualan Ritel
-
Klaim Pengangguran Awal & Klaim Berkelanjutan
-
Sentimen Konsumen Universitas Michigan (UoM)
-
Pernyataan dari sejumlah pejabat Federal Reserve.
Dampak Tarif Impor terhadap Pasar Fisik Emas
Asosiasi Emas Swiss menanggapi kebijakan tarif AS dengan menyebut bahwa penerapan tarif pada produk emas cetakan membuat ekspor ke AS menjadi tidak layak secara ekonomi. Mereka mengkhawatirkan dampaknya terhadap aliran fisik emas global, khususnya hubungan perdagangan emas antara Swiss dan AS yang sudah terjalin lama.
Faktor Lain yang Mempengaruhi Harga Emas
-
Indeks Dolar AS (DXY) menguat 0,10% ke 98,14, membatasi potensi kenaikan harga emas.
-
Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun naik 3 bps menjadi 4,285%, memberikan tekanan tambahan pada emas.
-
Menurut Prime Market Terminal, peluang pemotongan suku bunga sebesar 25 bps pada September kini mencapai 92%.
Analisis Teknis XAU/USD
Harga emas bergerak sideways dalam kisaran US$3.380 – US$3.400 pada perdagangan Jumat. RSI menunjukkan bias bullish meski cenderung datar.
-
Resistance: US$3.400 → US$3.452 (puncak 16 Juni) → US$3.500 (rekor sebelumnya).
-
Support: US$3.355 – US$3.348 (SMA 50 & 20-hari) → US$3.300 → US$3.279 (SMA 100-hari).
Kombinasi faktor kebijakan perdagangan AS, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, dan data ekonomi penting pekan depan menjadikan harga emas berada di persimpangan penting. Jika inflasi menunjukkan pelonggaran, harga emas berpeluang menembus level rekor baru di atas US$3.534.
Notes :
- Harga spot emas bertahan stabil di level $3.397 per troy ounce, sementara kontrak berjangka Comex melonjak mencetak rekor tertinggi di tengah kebijakan tarif impor baru dari Amerika Serikat.
- Menurut laporan The Financial Times, pemerintah AS resmi memberlakukan tarif pada batangan emas satu kilogram, mengacu pada surat resmi dari Bea Cukai & Perlindungan Perbatasan (CBP). Kebijakan ini dinilai sebagai langkah strategis yang berpotensi mengubah dinamika perdagangan logam mulia global.
- Di sisi lain, pasar kini semakin yakin bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada September mendatang. Ekspektasi ini muncul setelah data ketenagakerjaan AS melemah, termasuk laporan Non-Farm Payrolls (NFP) dan indeks PMI Jasa ISM yang menunjukkan perlambatan.
- Pelaku pasar kini mengalihkan fokus ke rilis data ekonomi penting pekan ini, seperti Consumer Price Index (CPI), Producer Price Index (PPI), penjualan ritel, klaim pengangguran, survei sentimen konsumen University of Michigan, serta sejumlah pernyataan dari pejabat Federal Reserve.
