Indgold.id – Harga emas dunia kembali merosot pada awal pekan ini, Senin (18/8/2025). Investor dibuat waswas menjelang agenda besar yang akan berlangsung akhir pekan, yaitu Simposium Jackson Hole di Wyoming pada Jumat (22/8/2025).
Pada perdagangan Senin pagi pukul 06.22 WIB, harga emas berada di level US$3.332,52 per troy ons, turun 0,7%. Penurunan ini memperpanjang tren negatif setelah logam mulia tersebut babak belur sepanjang pekan lalu.
Tren Negatif Berlanjut
Emas menutup pekan lalu dengan performa mengecewakan. Harga ditutup di US$3.334,99 per troy ons pada Jumat (15/8/2025), melemah tipis 0,02%. Namun secara mingguan, emas ambruk 1,87%, menandai penutupan terendah dalam sebulan terakhir dan menghapus kinerja positif dua pekan sebelumnya.
Padahal, dolar AS juga sedang dalam kondisi melemah. Indeks dolar (DXY) sempat jatuh ke 97,85, terendah sejak 25 Juli 2025. Biasanya, pelemahan dolar mendorong harga emas, namun kali ini logam mulia tetap tak mampu bangkit.
Fokus Pasar: Powell di Jackson Hole & Risalah FOMC
Perhatian pelaku pasar kini tertuju pada pidato Chairman The Fed Jerome Powell di Simposium Jackson Hole (22/8/2025). Tekanan politik dari Presiden Donald Trump untuk memangkas suku bunga menambah bobot pidato Powell kali ini.
Jika Powell bernada dovish, emas berpotensi menguji resistensi US$3.439–US$3.451. Namun, jika ia hawkish, harga bisa tertekan ke bawah US$3.310, bahkan membuka peluang koreksi hingga US$3.268–US$3.120.
Selain itu, pasar juga menunggu risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 20 Agustus, data inflasi Eropa & Inggris, PMI global, hingga data perumahan AS. Presiden ECB Christine Lagarde yang dijadwalkan berpidato juga bisa memberi sinyal tambahan bagi arah emas.
Inflasi & Data Ekonomi Jadi Beban
Tekanan terbesar emas datang dari lonjakan inflasi produsen (PPI) AS yang naik 3,3% YoY pada Juli 2025, tertinggi lima bulan terakhir. Secara bulanan, PPI bahkan melonjak 0,9%, tertinggi sejak Juni 2022.
Kondisi ini memangkas harapan pemangkasan suku bunga agresif. Berdasarkan CME FedWatch, peluang pemangkasan 50 basis poin pada September turun drastis, sementara ekspektasi 25 basis poin naik menjadi 84,5%.
Di sisi lain, klaim pengangguran AS yang lebih rendah dari perkiraan turut memperkuat alasan The Fed bersikap hati-hati. Yield obligasi stabil, dolar AS melemah tipis, namun keduanya belum cukup untuk menopang harga emas.
Geopolitik : Pertemuan Trump–Putin–Zelensky
Faktor geopolitik yang biasanya menjadi “bahan bakar” emas juga belum mampu mendukung kenaikan harga. Pertemuan Donald Trump dan Vladimir Putin di Alaska pada Jumat (15/8/2025) justru membawa sentimen negatif bagi emas.
Putin berhasil mencegah sanksi baru dari AS dan menggagalkan upaya gencatan senjata di Ukraina. Trump kini dijadwalkan bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Senin (18/8/2025) untuk mendorong kesepakatan damai.
Jika tensi geopolitik mereda, harga emas cenderung tertekan karena berkurangnya kebutuhan pasar terhadap aset safe haven.
Prospek Jangka Panjang Masih Bullish
Meski tertekan dalam jangka pendek, prospek emas tetap positif. Tingginya utang global, inflasi yang bertahan, serta pelemahan mata uang utama menjadi faktor yang mendukung permintaan emas ke depan.
Bahkan, emas sudah mencetak rekor harga baru dalam denominasi yen Jepang, poundsterling, dolar Kanada, dan euro, menegaskan statusnya sebagai aset lindung nilai global.
Kesimpulan
Harga emas masih dalam tekanan akibat lonjakan inflasi produsen AS dan sikap wait and see investor menjelang Simposium Jackson Hole. Pidato Powell diperkirakan akan menjadi katalis utama yang menentukan apakah emas bisa kembali menguat ke atas US$3.500 per troy ons, atau justru tenggelam lebih dalam.