Indgold.id – Harga emas (XAU/USD) tetap mempertahankan tren kenaikannya pada perdagangan Jumat di sesi Asia. Logam mulia ini bertahan dekat level tertinggi dalam sepekan, setelah data pasar tenaga kerja Amerika Serikat yang lebih lemah memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed). Kondisi ini membuat Dolar AS (USD) tertekan ke posisi terendah sejak akhir Juli, sehingga meningkatkan permintaan terhadap emas sebagai aset lindung nilai (safe-haven).
Emas Bertahan Kuat Meski Inflasi AS Lebih Tinggi
Pada Kamis, Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) melaporkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) utama naik 0,4% secara bulanan pada Agustus, mendorong inflasi tahunan menjadi 2,9%, lebih tinggi dibandingkan Juli yang tercatat 2,7%. Inflasi inti (Core CPI) naik 0,3% bulanan dan tetap stabil di 3,1% secara tahunan, sesuai dengan proyeksi pasar.
Namun, data inflasi ini kalah pengaruh dibandingkan lonjakan klaim tunjangan pengangguran AS yang naik ke level tertinggi sejak Oktober 2021. Ditambah laporan Nonfarm Payrolls yang melemah, pasar menilai tenaga kerja AS semakin rapuh, sehingga mendorong peluang pelonggaran kebijakan moneter The Fed.
Pasar Perkirakan Tiga Kali Pemangkasan Suku Bunga
Menurut CME FedWatch Tool, pelaku pasar kini hampir sepenuhnya memperhitungkan tiga kali pemangkasan suku bunga hingga akhir 2025:
-
25 basis poin pada pertemuan FOMC minggu depan (probabilitas 100%).
-
Pemangkasan lanjutan di perkirakan terjadi pada Oktober dan Desember.
Ekspektasi ini menyeret imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun ke level terendah dalam lima bulan, sementara indeks Dolar AS (DXY) melemah ke titik terendah sejak 24 Juli.
Risiko Geopolitik Kerek Permintaan Emas
Selain faktor moneter, ketidakpastian geopolitik juga menopang harga emas. Beberapa peristiwa yang menjadi sorotan antara lain:
-
Prancis dan Jepang di landa gejolak politik domestik, menambah sentimen kehati-hatian global.
-
Amerika Serikat melalui pemerintahan Donald Trump mendorong G7 untuk menaikkan tarif impor terhadap India dan Tiongkok terkait pembelian minyak Rusia.
-
Jepang memperluas pembatasan ekspor terhadap entitas asing sebagai bagian dari sanksi ke Rusia.
-
Polandia mencegat drone Rusia yang melintas di wilayah udaranya, menandai pertama kalinya negara NATO melepaskan tembakan dalam perang Rusia–Ukraina.
-
Konflik berkepanjangan di Timur Tengah terus memicu arus investasi ke emas sebagai aset aman.
Kombinasi faktor-faktor ini memperkuat posisi emas sebagai instrumen lindung nilai utama bagi investor global.
Prospek Harga Emas: Konsolidasi Sebelum Kenaikan Lanjutan
Secara teknikal, Indeks Kekuatan Relatif (RSI) harian emas menunjukkan kondisi jenuh beli, sehingga potensi konsolidasi dalam jangka pendek perlu diantisipasi. Namun, arah tren jangka menengah hingga panjang masih condong ke sisi atas.
-
Resistensi terdekat: $3.657–$3.658. Jika di tembus, harga berpeluang menguji kembali puncak sepanjang masa di $3.675 dan menembus ke level psikologis $3.700.
-
Support terdekat: $3.630, di ikuti oleh $3.613–$3.612. Penembusan ke bawah $3.600 dapat memicu koreksi lebih dalam menuju $3.580, bahkan $3.560.
Kesimpulan
Harga emas saat ini berada dalam posisi kuat, di topang oleh kombinasi pelemahan Dolar AS, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, serta meningkatnya ketegangan geopolitik. Meskipun ruang konsolidasi terbuka akibat kondisi teknikal yang jenuh beli, prospek jangka menengah logam mulia ini masih mengarah pada kenaikan lebih lanjut. Investor kini menanti rilis Indeks Sentimen Konsumen Universitas Michigan yang bisa memberi katalis baru terhadap dinamika harga XAU/USD menjelang akhir pekan.