Indgold.id – Dolar Amerika Serikat (USD) memulai pekan ini dengan nada lemah terhadap mayoritas mata uang utama. Menurut laporan Kepala Ahli Strategi Valas Scotiabank, Shaun Osborne dan Eric Theoret, tren penurunan USD mencerminkan berkurangnya minat beli yang kuat pada pekan lalu, sementara pasar kini fokus pada agenda risiko penting, termasuk potensi shutdown pemerintah AS dan laporan Nonfarm Payrolls (NFP) yang akan dirilis Jumat.
Shutdown Pemerintah AS Jadi Sorotan Utama
Para legislator AS kembali menggelar perundingan untuk mencapai kesepakatan pendanaan jangka pendek guna mencegah penutupan pemerintah federal. Administrasi Trump sebelumnya memperingatkan bahwa ribuan pegawai pemerintah dapat dirumahkan jika kebuntuan anggaran tidak terselesaikan.
Ketidakpastian politik ini membuat investor semakin berhati-hati. Risiko shutdown yang berkepanjangan dikhawatirkan akan memperlambat ekonomi AS dan membuka jalan bagi Federal Reserve (The Fed) untuk mempertimbangkan langkah pelonggaran kebijakan yang lebih agresif.
Fokus Pasar: Data Tenaga Kerja Nonfarm Payrolls (NFP)
Selain isu politik, perhatian pasar tertuju pada laporan NFP September. Konsensus pasar memperkirakan penambahan 50.000 lapangan kerja bulan ini, dengan tingkat pengangguran tetap stabil di 4,3%.
Namun, beberapa pejabat The Fed mengekspresikan kekhawatiran bahwa pasar tenaga kerja mulai melemah lebih cepat dari yang diperkirakan. Jika data ketenagakerjaan keluar lebih rendah dari ekspektasi, hal ini dapat memperkuat spekulasi bahwa The Fed akan segera memangkas suku bunga dengan skala lebih besar.
Performa Mata Uang Utama: Yen Jadi Pemenang
- Yen Jepang (JPY) tampil lebih baik di antara mata uang utama, di dukung penurunan imbal hasil Treasury AS dari level puncak pekan lalu.
- Dolar Kanada (CAD) dan Peso Meksiko (MXN) hanya mencatat kenaikan tipis, menjadikannya underperformer relatif di tengah lemahnya dolar AS.
Perbedaan performa ini mencerminkan bagaimana investor memilih aset yang lebih defensif di tengah ketidakpastian makro dan politik AS.
Emas Spot Tembus Rekor Baru
Lemahnya dolar AS, turunnya imbal hasil Treasury, serta meningkatnya risiko shutdown mendorong harga emas spot naik tajam ke atas $3.800 per troy ounce, mencetak rekor baru.
Menurut Osborne dan Theoret, reli emas menggambarkan kekhawatiran investor terhadap kombinasi:
- Prospek pemangkasan suku bunga di tengah inflasi yang masih tinggi.
- Tren pelemahan dolar AS.
- Sentimen safe haven yang meningkat akibat ketidakpastian global.
Menariknya, hubungan emas dengan imbal hasil riil AS yang sempat positif kembali berubah ke arah negatif, menandakan investor semakin memilih logam mulia untuk lindung nilai.
Kondisi Pasar Global
- Saham Eropa bergerak variatif, sebagian besar menguat tipis.
- Kontrak berjangka ekuitas AS naik sekitar 0,5%, menandakan sentimen risk-on masih terbatas.
- Agenda data AS pada Senin relatif ringan, mencakup Penjualan Rumah Tertunda dan survei Manufaktur The Fed Dallas.
- Dari sisi komentar pejabat The Fed, pasar menantikan pernyataan Christopher Waller, Beth Hammack, dan Raphael Bostic.
- Jepang merilis data Produksi Industri dan Penjualan Ritel, sementara PMI Tiongkok di jadwalkan keluar malam ini.
Pelemahan dolar AS, risiko shutdown pemerintah, dan menantinya rilis data NFP menjadi faktor kunci yang membentuk sentimen pasar pekan ini. Sementara USD melemah, emas justru memimpin reli dengan mencetak rekor baru di atas $3.800.
Selama ketidakpastian mengenai kebijakan Fed, inflasi, dan di namika politik AS masih tinggi, tren emas di perkirakan tetap bullish, sementara dolar AS kemungkinan masih menghadapi tekanan lebih lanjut.