Indgold.id – Harga emas dunia diperkirakan akan mengalami lonjakan signifikan hingga mencapai level USD 4.000 per troy ounce pada akhir tahun 2026. Prediksi ini disampaikan oleh Fidelity International seiring dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed). Pelemahan dolar AS, dan akumulasi emas oleh bank-bank sentral global.
Mengutip laporan dari Yahoo Finance, Manajer Dana Multi-Aset Fidelity, Ian Samson, mengungkapkan bahwa pihaknya tetap optimistis terhadap prospek logam mulia tersebut. Bahkan, portofolio lintas aset Fidelity telah meningkatkan kepemilikan emas baru-baru ini, menyusul koreksi dari level tertinggi sepanjang masa di atas USD 3.500 pada April 2025.
“Kami melihat potensi besar menuju sikap The Fed yang lebih dovish,” ujar Samson dalam wawancara eksklusif.
Samson juga menambahkan bahwa sejumlah dana telah menggandakan alokasi mereka terhadap emas, bahkan melebihi ambang 5% dalam satu tahun terakhir. Ia menilai, bulan Agustus cenderung kurang stabil bagi pasar, sehingga di versifikasi ke aset seperti emas adalah langkah yang logis.
Kenaikan harga emas sepanjang tahun ini juga di picu oleh berbagai ketidakpastian geopolitik, seperti konflik di Timur Tengah dan Ukraina. Serta kebijakan perdagangan AS yang semakin agresif di bawah Presiden Donald Trump. Sementara itu, bank sentral di berbagai negara terus memperbesar cadangan emasnya, memperkuat fundamental harga logam mulia.
Meskipun sempat bergerak dalam rentang yang sempit dalam beberapa bulan terakhir akibat meredanya kekhawatiran perdagangan. Samson menilai risiko perlambatan ekonomi global masih membayangi.
“Mungkin kita terhindar dari skenario terburuk yang sempat diprediksi di awal tahun, namun efek dari tarif 15% terhadap sekitar 11% impor AS tetap akan berdampak,” ujarnya.
Goldman Sachs: Target Harga Emas Akhir Tahun USD 3.300
Di sisi lain, Goldman Sachs juga melakukan revisi kenaikan target harga emas akhir tahun menjadi USD 3.300 per troy ounce, dari sebelumnya USD 3.100. Kisaran target harga kini berada di antara USD 3.250 hingga USD 3.520 per ounce.
Mengutip laporan dari Economic Times. Bank investasi global tersebut menilai arus masuk dana ke Exchange Traded Fund (ETF) emas yang lebih kuat dari perkiraan turut mendorong pergerakan harga. Selain itu, permintaan tinggi dari bank sentral dunia menjadi faktor kunci revisi prospek harga.
Goldman juga meningkatkan proyeksi pembelian emas oleh bank sentral menjadi 70 metrik ton per bulan. Naik dari estimasi sebelumnya sebesar 50 metrik ton. Revisi ini di dorong oleh ketidakpastian kebijakan ekonomi AS serta ekspektasi bahwa China akan terus mengakumulasi emas selama beberapa tahun ke depan.
“Kami perkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak dua kali pada 2025, dan sekali lagi di awal 2026. Hal ini mendasari arus masuk ke ETF emas,” tulis laporan Goldman Sachs.
Per awal bulan ini, harga emas di pasar spot telah menembus level USD 3.000 dan mencetak rekor-rekor baru, dengan kenaikan lebih dari 15% sepanjang tahun berjalan.
Bank of America (BofA): Harga Emas 2026 Bisa Tembus USD 3.350
Sementara itu, Bank of America (BofA) juga ikut merevisi naik proyeksi harga emas untuk tahun 2025 dan 2026. Revisi ini di kaitkan dengan ketidakpastian berkelanjutan atas kebijakan dagang Amerika Serikat.
Menurut proyeksi terbaru, BofA memperkirakan harga emas mencapai USD 3.063 per ounce pada 2025, dan USD 3.350 per ounce pada 2026. Angka ini lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya yang berada di kisaran USD 2.625 hingga USD 2.750 per ounce.