Indgold.id – Harga emas kembali menguat signifikan pada perdagangan Senin (30/09), melonjak hampir 2% dan diperdagangkan dekat level tertinggi sepanjang masa di $3.833 per troy ounce. Logam mulia dengan simbol XAU/USD terakhir tercatat di $3.827, hanya sedikit di bawah rekor barunya.
Penguatan ini terjadi karena meningkatnya permintaan aset safe haven di tengah meningkatnya kekhawatiran akan potensi penutupan pemerintahan Amerika Serikat (shutdown). Kondisi tersebut mendorong investor untuk mengalihkan dana mereka ke emas sebagai lindung nilai, sementara imbal hasil Treasury dan dolar AS terus melemah.
Rally Emas Didorong Turunnya Imbal Hasil Treasury AS
Emas mencetak rekor baru, melewati level $3.791 yang sebelumnya tercatat pada 23 September. Penurunan tajam pada imbal hasil obligasi AS dan melemahnya Greenback menjadi katalis utama.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun 3 basis poin menjadi 4,141%, sementara imbal hasil riil AS – yang dihitung dari imbal hasil nominal dikurangi ekspektasi inflasi – melemah ke 1,761%. Kondisi ini secara historis berkorelasi terbalik dengan harga emas, sehingga mendukung reli logam mulia.
Di saat yang sama, Indeks Dolar AS (DXY) terpantau melemah 0,27% ke 97,91, memperkuat daya tarik emas bagi investor internasional.
Shutdown Pemerintahan AS Jadi Fokus Pasar
Pesimisme pasar meningkat setelah laporan bahwa Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) akan menghentikan publikasi data ekonomi penting, termasuk laporan Nonfarm Payrolls (NFP) September, jika shutdown terjadi.
Hal ini menambah ketidakpastian pasar, mengingat NFP merupakan salah satu indikator utama yang dipantau Federal Reserve untuk menentukan arah kebijakan moneter.
Komentar Hawkish dari Pejabat Federal Reserve
Beberapa pejabat Federal Reserve (Fed) kembali memberikan pandangan hawkish.
- Alberto Musalem (Fed St. Louis) menegaskan ekspektasi inflasi masih cukup tinggi meskipun mengakui adanya risiko pelemahan pasar tenaga kerja.
- John Williams (Fed New York) menekankan bahwa kebijakan moneter saat ini sudah cukup restriktif untuk menekan inflasi, sembari mengakui pasar tenaga kerja mulai melunak.
- Beth Hammack (Fed Cleveland) menyatakan inflasi masih berada di level terlalu tinggi dan tren belum bergerak ke arah yang diharapkan.
Komentar-komentar tersebut semakin memperkuat pandangan bahwa Fed masih akan berhati-hati dalam melonggarkan kebijakan moneter, meskipun pasar tenaga kerja menunjukkan tanda-tanda pendinginan.
Faktor Geopolitik Ikut Mendongkrak Harga Emas
Selain faktor makroekonomi, ketegangan geopolitik juga berperan besar dalam mendukung reli emas. Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim telah menguasai desa Shandryholove di wilayah Donetsk, Ukraina Timur. Perkembangan konflik ini memperkuat permintaan aset safe haven.
Agenda Ekonomi yang Dinantikan Pasar
Dalam beberapa hari ke depan, pelaku pasar akan mencermati:
- Rangkaian pidato pejabat Federal Reserve.
- Data perubahan pekerjaan ADP AS.
- ISM Manufacturing PMI.
- Klaim pengangguran awal.
- Laporan ketenagakerjaan Nonfarm Payrolls September.
Data dan komentar tersebut diperkirakan akan memberikan sinyal penting terhadap arah kebijakan suku bunga Fed ke depan.
Prospek Teknis Harga Emas (XAU/USD)
Secara teknikal, tren emas masih menunjukkan bias bullish:
- Resistance terdekat: $3.833 (rekor baru).
- Support kunci: $3.800, diikuti $3.750, $3.700, dan SMA 20-hari di $3.666.
- Indeks Kekuatan Relatif (RSI) masih berada di area jenuh beli (70–80), menandakan dominasi pembeli.
Jika harga emas mampu bertahan di atas $3.800, peluang uji level $3.850 akan semakin besar. Namun, kegagalan mempertahankan level tersebut bisa memicu koreksi ke area support yang lebih rendah.
Sentimen Pasar: Peluang Pemangkasan Suku Bunga
Menurut Prime Market Terminal, investor saat ini memperkirakan 89% probabilitas pemangkasan suku bunga 25 basis poin pada Oktober, sementara peluang pemangkasan lebih agresif sebesar 50 bps hanya sekitar 11%.
Ekspektasi ini turut menopang harga emas, mengingat pemangkasan suku bunga biasanya melemahkan dolar AS dan mendukung logam mulia.
Harga emas berhasil mencatatkan reli impresif hingga mendekati rekor baru, didorong kombinasi faktor:
- Kekhawatiran shutdown pemerintahan AS.
- Penurunan imbal hasil Treasury.
- Melemahnya dolar AS.
- Ketegangan geopolitik Rusia–Ukraina.
Dengan kondisi global penuh ketidakpastian dan peluang pemangkasan suku bunga Fed semakin terbuka, logam mulia ini diperkirakan masih akan mempertahankan daya tariknya sebagai aset lindung nilai dalam waktu dekat.
XAU/USD saat ini diproyeksikan akan menguji area $3.850, selama support $3.800 tetap terjaga.